Senin, 23 Oktober 2017

Jannah dan Hubb dalam Al-Qur’an


Jannah dan Hubb dalam Al-Qur’an
(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ulangan Tengah Semester)
Dosen Pengampu: H. Muhammad Chirzin

A.    Jannah (surga)
Surga adalah tempat yang penuh kenikmatan yang dijanjikan oleh Allah untuk orang-orang yang beriman dan mengerjakan perbuatan baik sebagai ganjaran atas perbuatannya. Surga merupakan ganjaran yang luar biasa yang disediakan Allah untuk hamba-hamba yang dicintai-Nya dan yang taat kepada-Nya. Surga di dalam al-Qur’an dan hadis seringkali dideskripsikan sebagai tempat yang di dalamnya terdapat sungai yang mengalir, pohon dan buah-buahan, kasur-kasur yang tebal lagi empuk, dipan-dipan yang indah, dan lain sebagainya. Deskripsi kenikmatan tersebut sangatlah menarik dan benar-benar memancing hasrat masyarakat pada saat itu. Hal ini karena konteks masyarakat Arab pada saat itu adalah kawasan padang pasir yang gersang serta masyarakat pada saat itu terutama masyarakat badui hidup nomaden yang sangat sulit merasakan kenikmatan sebagaimana yang dideskripsikan oleh al-Qur’an.
Dalam kitab Mu’jam Mufahras li alfadz al-Qur’an karya M. Fuad ‘Abdul Baqi’ disebutkan kata al-jannah dalam al-Qur’an berjumlah 146 kata dengan berbagai bentuk derivasinya, yang termuat dalam 142 ayat dalam 65 surat.[1] Dalam bentuk mufrad, kata al-jannah disebut dalam al-Qur’an sebanyak 66 kali, dalam bentuk tasniah disebutkan sebanyak 7 kali, dalam bentuk jama’ disebutkan sebanyak 68 kali, menggunakan dhamir anta disebutkan sebanyak 2 kali, menggunakan dhamir huwa sebanyak 1 kali, menggunakan dhamir ana sebanyak 1 kali, dan menggunakan dhamir hum sebanyak 1 kali.
Kata al-jannah dalam al-Qur’an memiliki dua makna, yaitu surga dan kebun.[2] Dalam makna surga, ayat-ayat al-jannah berkenaan dengan:
a.      Para Penghuni Surga
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.” (Q.S. al-Baqarah: 82)
b.     Kenikmatan di dalam Surga
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ لَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ ۖ وَنُدْخِلُهُمْ ظِلًّا ظَلِيلًا
“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang shaleh, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai; kekal mereka di dalamnya; mereka di dalamnya mempunyai isteri-isteri yang suci, dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman.” (Q.S. al-Nisa’: 57)
c.      Perbandingan antara Surga dan Neraka
مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ ۖ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى ۖ وَلَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ ۖ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ
“(Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya.” (Q.S. Muhammad: 15)
Dalam makna kebun, ayat-ayat al-jannah berkenaan dengan:
a.      Kebun yang subur dan menghasilkan buah-buahan yang lezat.
لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ ۖ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ ۖ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ ۚ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ
“Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.” (Q.S. Saba’: 15)
b.     Kebun yang ditumbuhi oleh tanaman yang buahnya pahit
فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ
“Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr.” (Q.S. Saba’: 16)
                 Tidak semua ayat al-Qur’an turun karena sebab, namun terkadang turun tanpa sebab, begitupun dengan ayat yang berkenaan khusus dengan kata al jannah. Dibawah ini akan dipaparkan beberapa riwayat yang menjadi sebab-sebab turunnya ayat yang berkenaan khusus dengan kata al-jannah.
a.      Surah Ali Imran ayat 195
فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لَا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ ۖ بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ ۖ فَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَأُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأُوذُوا فِي سَبِيلِي وَقَاتَلُوا وَقُتِلُوا لَأُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأُدْخِلَنَّهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ثَوَابًا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الثَّوَابِ
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik”
     Sebab turun ayat:
                 Abdurrazzaq, Sa’id bin Manshur, at-Tirmidzi, al-Hakim, dan Ibnu Hatim meriwayatkan dari Ummu Salamah, dia berkata, “wahai Rasulullah, saya tidak mendengar Allah menyebutkan para wanita yang melakukan hijrah.” Maka Allah menurunkan firmanNya, yaitu ayat diatas.
b.     Surah al-Baqarah ayat 214
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۖ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”
            Sebab turun ayat:
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa turunnya ayat tersebut bersangkutan dengan peristiwa perang Ahzab. Ketika itu Nabi Muhammad mendapat berbagai kesulitan yang sangat hebat dan kepungan musuh yang sangat ketat. Ayat ini menunjukkan bahwa perjuangan itu meminta pengorbanan.[3]
    
Ayat-ayat al-jannah fase makki memiliki kesamaan makna dengan fase madani yaitu bermakna surga dan kebun. Pada fase makki, tugas Nabi Muhammad sebagai pemberi peringatan lebih menonjol terutama berkaitan dengan persoalan ketauhidan. Namun, ajaran ketauhidan yang disampaikan Nabi Muhammad tidak memperoleh respon yang baik dari masyarakat Arab. Sikap ini muncul karena kekukuhan akidah yang diajarkan nenek moyang mereka secara turun-temurun. Agar masyarakat Arab tertarik terhadap ajaran yang dibawa Nabi Muhammad maka al-Qur’an menawarkan al-jannah (surga) sebagai balasan atas ketauhidan mereka kepada Allah. Al-Qur’an kemudian menggambarkan kenikmatan-kenikmatan al-jannah (surga) secara rinci agar mereka lebih tertarik untuk mengikuti ajaran yang dibawa Rasulullah.
     Sedangkan pada fase madani telah banyak masyarakat yang memeluk agama Islam, maka fokus tugas nabi Muhammad adalah membangun ideologi masyarakat baru. Sehingga al-jannah (surga) pada periode ini tidak dideskripsikan serinci fase makki. Namun, pada fase ini al-Qur’an menegaskan bahwa seseorang yang ingin mendapatkan surga selain keniscayaan untuk beriman, ia juga diharuskan untuk berbuat amal shalih. Ini dibuktikan di dalam surat al-Nisa’ ayat 124 dimana kata ya’mal min al-salihat ( mengerjakan amal shalih) diletakkan didepan kata mu’minun (beriman). Berbeda dengan fase makki (misalnya surat al-‘Ankabut ayat 58) dimana kata aminu (beriman) diletakkan di depan kata ‘amilu al-salihat (mengerjakan amal shalih).
     Al-Jannah dalam al-qur’an memiliki dua makna yaitu surga dan kebun. Al-Jannah yang bermakna surga dapat dipahami dengan melihat korelasi kata al-jannah dengan  hal berikut ini:
a.      Berhubungan dengan tempat tinggal Adam sebelum di bumi. (Q.S. al-Baqarah: 35).
b.     Berhubungan dengan balasan bagi orang-orang yang beriman, beramal shalih. (Q.S. al-‘Ankabut: 58).
c.      Dalam konteks perbandingan dengan neraka. (Q.S. Muhammad).
d.     Berhubungan dengan Isra’ wa al-Mi’raj Nabi Muhammad saw. (Q.S. an-Najm: 13-15).

Adapun al-jannah yang bermakna kebun dapat dipahami dengan melihat korelasi kata al-jannah dengan hal berikut:
a.      Berhubungan dengan kisah-kisah terdahulu.
b.     Berhubungan dengan unsur-unsur kebun.

B.    Hubb (Cinta)
Kata hubb adalah masdar dari habba- yahibbu-hubban yang berarti suka, kasih dan cinta. Dalam Al-Quran, kata hubb dan dengan segala derivasinya terulang sebanyak 95 kali. Hampir semuanya bermakna cinta atau suka. Ada beberapa kata bentukan yang bermakna biji tumbuhan. Biji tumbuhan disebut habbah karena memang sesuatu yang diingini dan dicintai oleh manusia.
Kata hubb dan derifasinya dalam al-Quran disebut sebanyak 85 kali dalam 29 surah. yaitu:
1.     Al-Baqaarah         : 165 (3x), 177, 190, 195, 205, 216, 222 (2x), 276.
2.     Ali Imran              : 14, 31 (2x), 32, 57, 76, 92, 119 (2x), 134, 140, 146, 148, 152, 159, 188
3.     An-Nisa                : 36, 107, 148.
4.     Al-Maidah                        : 13, 18, 42, 54 (2x), 64, 87, 93.
5.     Al-An’am             : 76, 141.
6.     Al-A’raf                : 31, 35, 79.
7.     Al-Anfal               : 58
8.     At-Taubah             : 4, 7, 23, 24, 108 (2x),
9.     Yusuf                    : 8, 30, 33.
10.  Ibrahim                 : 3
11.  An-Nahl                : 23, 107.
12.  Tahaa                    : 39
13.  Al-Hajj                  : 38
14.  An-Nuur                : 19, 22
15.  Al-Qasas               : 32, 56, 76, 77
16.  Ar-Ruum               : 45
17.  Luqman                 :18
18.  Shad                      :32
19.  Fushilat                 : 17
20.  Asy-Syuara           : 40
21.  Al Hujurat             : 7, 9, 12
22.  Al-Hadid               : 23
23.  Al Hasyr               : 9
24.  Al-Mumtahanah   : 8
25.  As-Saff                 : 4, 13
26.  Al Qiyamah          : 20
27.  Al-Insan                : 8, 27
28.  Al-Fajr                  : 20 (2x)
29.  Al-Adiyat              : 8

Ayat-ayat al-Quran yang mengandung kata hubb menerangkan tentang hal-hal yang dicintai dan yang tidak disukai oleh Allah SWT serta hal-hal yang dicintai dan yang tidak disukai oleh manusia. Allah mencintai yang baik dan bermanfaat bagi manusia.
Orang-orang yang dicintai oleh Allah yang disebutkan dalam Al-Quran adalah:
1.     Orang Yang Bertaqwa (Muttaqin) (QS. Ali Imran: 76)
بَلَىٰۚ مَنۡ أَوۡفَىٰ بِعَهۡدِهِۦ وَٱتَّقَىٰ فَإِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَّقِينَ ٧٦
(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.”

2.     Orang Yang Berbuat Baik (Muhsinin) (Ali Imran: 134)

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١٣٤
“ (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”

3.     Orang Yang Bertaubat (Tawwabiin) (Al-Baqarah: 222).

إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٰبِينَ وَيُحِبُّ ٱلۡمُتَطَهِّرِينَ ٢٢٢
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.

4.     Orang Yang Membersihkan Diri (Mutatahhiriin) (Al-Baqarah: 222).

إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٰبِينَ وَيُحِبُّ ٱلۡمُتَطَهِّرِينَ ٢٢٢
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.

Hal-hal yang tidak diisukai Allah adalah hal-hal yang buruk dan mendatangkan bagi manusia, yaitu:
1.     Orang Yang Berbuat Kerusakan (Mufsidin) (QS. Al-Maidah: 64)

وَيَسۡعَوۡنَ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَسَادٗاۚ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ ٦٤
Dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.
2.     Orang Yang Berlebihan (Musrifin) (QS. Al-Anam: 141)
 وَلَا تُسۡرِفُوٓاْۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُسۡرِفِينَ ١٤١
Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.

Obyek kecintaan manusia itu ada tiga, yaitu harta benda, manusia, Allah dan sembahan lainnya. Dalam hal kecenderungan manusia untuk mencintai harta benda dan mencintai sesama manusia dapat dilihat antara lain dalam QS. Ali Imran: 14
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلۡبَنِينَ وَٱلۡقَنَٰطِيرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَيۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمَ‍َٔابِ ١٤
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”


Kecenderungan manusia mencintai tuhan yang diyakini dan disembahnya dapat dilihat pada QS. Al Baqarah: 165.
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادٗا يُحِبُّونَهُمۡ كَحُبِّ ٱللَّهِۖ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَشَدُّ حُبّٗا لِّلَّهِۗ وَلَوۡ يَرَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓاْ إِذۡ يَرَوۡنَ ٱلۡعَذَابَ أَنَّ ٱلۡقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعٗا وَأَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعَذَابِ ١٦٥
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).

Mencintai sesuatu merupakan pekerjaan batin dimana hanya Allah dan yang bersangkutan yang tahu persis keadaannya. Akantetapi cinta itu juga dapat ditangkap dan dirasakan dari tanda-tanda yang muncul ke permukaan, baik dalam bentuk sikap, maupun perbuatan. Beberapa tanda yang menjadi indikasi adanya cinta tersebut adalah mengingat, mengagumi, rela, sikap berkorban, takut, mengharap dan taat. Semua tanda-tanda ini dimulai dengan pengenalan terhadap obyek yang dicintai. Pengenalan secara komprehensif dan baik terhadap sesuatu yang dicintai akan menimbulkan aktivitas berikutnya seperti ingat, kagum dan seterusnya.
Tanda tanda tersebut akan muncul begitu ada perasaan cinta atau suka terhadap duau objek yang dicintai. Mencintai Allah misalnya, dapat diukur dengan tanda-tanda selalu mengingat dan menyebut nama Allah SWT (zikir). Zikir atau mengingat Allah ini dimuali dengan ma’rifah dngan Allah. Aktifitas zikir orang orang yang mencintai Allah tersebut antara lain disebutkan dalam firman-Nya QS. Al-Anfal: 2
Aktifitas tersebut disertai rasa kagum kepada Allah (al-I’jab). Kekaguman ini muncul setelah mengenal dan mengetahui kebesaran kekuasaan-Nya. Keluasan alam ciptaannya, keaguangan dan kebaikan nama-nama serta sifat-sifatnya. mengagumi Allah antara lain dilukisan dalam firmannya QS. Ali Imran: 190
Sikap orang yang mencintai Allah adalah rela dan ridha atas segala yang dibeikan, diambil kembali dan yang ditetapkan oleh Allah SWT. Sikap ini digambarkan dalam QS. Al Baqarah: 156-157.
Dari sikap rida dan rala lahir sikap sikap berkorban demi Allah SWT dengan segala yang dimiliki dan disanggupi, baik dengan harta, jiwa, maupun raga. hal ini digambarkan dalam QS. Al-Baqarah: 207.
Ciri lain yang timbul adalah takut (khauf) yang terwujud dalam perasaan harap-harap cemas. Cemas kalau-kalau permohonannya tidak dijawab oleh Allah SWT. Sikap berharap ini disebut dengan ar-raja’. Hal ini digambarkan dalam QS. Al-Anbiya: 90.
Sikap selanjutnya sikap yang muncul dari perasaan cinta kepada Allah adalah taat. Sikap ini adalah konsekuensi logis dari keinginan untuk mengikuti kehendak Dzat yang dicintai. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa: 59 dan 80.
Kecintaan kepada Allah adalah dasar amal salih yang benar. Amal salih yang didasari cinta akan dihayati dan dinikmati secara mendalam, sedangkan amal salih yang dilandasi tanpa rasa cinta kan terasa hampa dan membosankan, bahkan dapat pula merusak nilai dan hakikat ibadah tersebut. Kecintaan kepada Allah akan menimbulkan kerelaan dan keikhlasan dalam melaksanakan perintahnya. bahkan dengan cinta seseorang rela mengorbankan harta, jiwa dan raga untuk mengikuti perintah yang dicintai.
Cinta mempengauhi kehidupan seseorang. Cinta kepada Allah membuat seseorang selalu ingat dan taat kepadanya. sehingga hidupnya berada dalam jalan yang diridhainya. Oleh sebab itu ajaran islam yang tersimpul dalam ayat-ayat Al-Qur’an menggariskan, bahwa cinta kepada Allah adalah cinta yang utama dan dasar cinta kepada hal-hal lainnnya.



[1] M. Fu’ad ‘Abdul baqi, Mu’jam Mufahras li Alfadz li al-Qur’an (Beirut: Dar al-Fikr, 1992), hlm. 221-223.
[2] M. Quraisy Shihab (dkk.), “Janna”, Ensiklopedi al Qur’an: Kajian Kosa Kata Jilid I, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), hlm. 386-387
[3] Shaleh (dkk.), Asbabun Nuzul: Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat al-Qur’an (Bandung: Penerbit Diponegoro, 2000) hlm. 68.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar